Tuesday, March 15, 2011

Cara Mudah Mengukur pH Tanah


Artikel sebelumnya telah dijabarkan mengenai pH Tanah. Tanah yang kondusif untuk budidaya tanaman adalah tanah yang netral (pH = 6-7). Apabila tanah terlalu asam perlu dilakukan pengapuran untuk menetralkan tanah tersebut. Untuk itu sebelumnya perlu dilakukan pengukuran nilai pH agar pemberian kapur tepat dosis.
Menilai kondisi asam atau basa tanah dengan melihat gejala tanaman kurang akurat karena gejala tanaman yang terjadi bisa disebabkan oleh faktor lain. Maka untuk keperluan itu dapat menggunakan alat ukur pH tanah. Alat yang murah adalah indikator kertas lakmus.
Satu bungkus berisi 100 keping kertas lakmus dengan harga sekitar Rp 150.000. Jadi bisa untuk melakukan 100 kali pengukuran. Wadah tersebut dilengkapi indikator nilai pH berupa warna-warna untuk menentukan nilai pH hasil pengukuran keping kertas lakmus.

Sebelum melakukan uji pH, dilakukan pengambilan sampel tanah terlebih dahulu. Sampel tanah diambil dari lapisan yang dalam, sedalam lapisan pengolahan tanah ± 30 cm. Pengukuran pH pada sebidang tanah yang luas perlu dilakukan pengambilan sampel tanah secara acak di beberapa tempat yang dianggap mewakili seluruh bidang tanah tersebut. Setelah beberapa sampel tanah diambil dari beberapa tempat, campur sampel tanah-tanah tersebut hingga merata, kemudian larutkan dengan air murni (aquades) dalam wadah. Kemudian diamkan beberapa saat, celupkan ujung kertas lakmus yang berwarna ke dalam larutan tersebut. Warna di kertas lakmus setelah di celup akan berubah, tunggu sampai perubahannya stabil (warna tidak berubah lagi). Cocokan warna di keping kertas lakmus dengan warna indikator nilai pH yang tertera di wadahnya. Misalnya, warna di keping kertas lakmus sesuai dengan nomor 4, berarti nilai pH sampel tanah yang diukur adalah 4.
Pengukuran pH tanah dapat pula dilakukan dengan alat lain yang lebih praktis penggunaannya dan lebih akurat hasilnya yaitu digital pH-meter. 
Penggunaannya langsung ditancapkan ke dalam tanah yang akan diukur. Tunggu beberapa saat, hasil pengukurannya langsung terlihat.

Semoga Bermanfaat.....
 Bagaimana Pendapat Anda...?????

Labels:

Monday, March 14, 2011

Tanam Benih Padi secara Langsung (TaBeLa)


Usaha budidaya padi konvensional banyak menyerap tenaga kerja mulai dari kegiatan pengolahan tanah, penanaman dan pemanenan. Sementara ketersediaan tenaga kerja atau buruh tani mulai berkurang karena banyak generasi muda enggan untuk terjun ke pertanian. Selama ini tenaga kerja khususnya yang berperan dalam kegiatan tanam dilakukan oleh kaum perempuan yang sudah tua. Di masa mendatang diperkirakan akan semakin sulit mencari tenaga kerja untuk tanam padi. Dan biasanya masa tanam yang serempak sehingga pada masa itu terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja, dilain pihak ketersediaanya terbatas. Oleh karena itu, sangat perlu dicari cara lain dalam usaha budidaya padi yang dapat menghemat penggunaan tenaga kerja.

                 Tabela merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tabela adalah singkatan dari Tanam benih padi secara langsung, dimana benih padi langsung disebar di lahan budidaya tanpa melalui proses penyemaian terlebih dahulu. Cara ini berbeda denga budidaya padi sistem pindah tanam atau transplanting, dalam hal pembibitannya. Kegiatan lainnya relatif sama. Dalam sistem pindah tanam, benih padi disemaikan terlebih dahulu di lahan yang terpisah dengan  lahan budidaya. Dengan demikian, dibutuhkan tenaga untuk persiapan lahan semai, penyebaran benih, pencabutan bibit yang sudah siap tanam (dalam Bahasa Jawa: ngarit), dan tenaga tanam. Ditambah lagi tenaga transportasi untuk memindah bibit dari lokasi penyemaian menuju ke lokasi budidaya, karena seringkali lahannya berjauhan. Dalam tabela tenaga untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut tidak ada. Jadi dengan tabela dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja yang tentunya dapat mengurangi biaya produksi jika menggunakan tenaga kerja upahan atau buruh tani.
                Sistem tabela telah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai suatu sistem tradisional budidaya padi gogo atau gogo rancah yang dilakukan di tanah kering yang telah diolah. Sedangkan tabela dilakukan pada sawah berlumpur yang telah diolah secara sempurna. Sistem tabela telah umum digunakan di luar negeri di daerah dengan irigasi terjamin.
                Namun, dalam penerapannya sistem tabela tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi, yaitu:
1.       1. Budidaya tabela hanya sesuai untuk lahan sawah yang rata dan telah diolah sempurna. Benih tidak akan tumbuh bila jatuh pada tanah yang tergenang air.
2.       2. Tabela sesuai untuk sawah beririgasi teknis yang mudah diatur pengairannya. Tabela kurang sesuai dilakukan pada musim penghujan. Saat curah hujan yang tinggi, apalagi pada saat baru sebar benih, benih dapat terhanyut.
3.       3. Benih yang baru disebar relatif lebih mudah diserang hama burung atau tikus.
4.       4. Gulma dapat tumbuh lebih pesat dibanding benih padi yang ditanam, sehingga membutukan usaha penggendalian gulma yang lebih intensif.
5.       5. Usaha kegiatan penyulaman juga lebih intensif, akibat kerusakan benih karena serangan hama atau supaya tata-letak tanam lebih rapi.

Jadi sistem tabela sangat cocok diterapkan pada lahan yang beririgasi baik, tidak mudah kebanjiran, dan pengolahan tanahnya harus sempurna, dimana kondisi tanah benar-benar gembur dan rata. Jika dapat diterapkan, akan mendapatkan keuntungan lain selain dapat menghemat tenaga kerja, yaitu umur tanaman padi tabela lebih cepat sekitar 15 hari dibandingkan tanaman padi sistem pindah-tanam. Hal ini karena pada sistem tabela, tanaman padi tidak mengalami stagnasi pertumbuhan. Keuntungan lainnya, sistem perakarannya lebih cepat berkembang sehingga mampu berkompetisi dengan gulma untuk memperoleh unsur hara di dalam tanah. Hal ini karena sistem perakarannya tidak terbenam dalam tanah, maka mudah menyerap udara untuk bernafas. Berbeda dengan tanaman padi sistem pindah-tanam yang mengalami stagnasi pertumbuhan pada saat bibit dipindah dari lahan persemaian ke lahan budidaya. Bila dipindah, tanaman perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dan kebiasaan petani selama ini, bibit tanaman dibenam dalam tanah sampai semua perakarannya terbenam. Kondisi ini menyebabkan sistem perakarannya kurang cepat untuk berkembang.  
Sistem tabela dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan bantuan alat. Tabela secara manual hanya bertujuan untuk  menghemat tenaga kerja, namun hasil produksi tanaman padi kurang optimal. Dengan cara manual, tata-letak benih padi tidak teratur, sehingga pertumbuhan kurang optimal dan menyulitkan dalam pemeliharaanya. Bila ingin lebih teratur, dilakukan penyulaman yang membutuhkan tenaga lebih banyak. Saat ini telah banyak dilakukan pengembangan alat bantu tabela.  Dengan alat bantu tata-letak benih lebih teratur. Namun alat yang ada sekarang belum mempunyai kinerja yang optimal dengan hasil yang diinginkan petani pada umumnya, yaitu tata-letak benih rapi baik dalam larikan dan barisan, benih yang jatuh setiap rumpun sama jumlahnya. Bila ada alat yang kinerjanya seperti itu tidak diperlukan lagi kegiatan penyulaman.

Untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman padi yang optimal, sebelum disebar sebaiknya benih diberi perlakuan khusus (seed treatment), sebagai usaha imunisasi terhadap serangan hama dan penyakit dan merangsang pertumbuhan akar. Dengan cara ini pertumbuhan akar lebih cepat sehingga mampu bersaing dengan gulma untuk memperebutkan unsur hara. Sudah banyak produk kimiawi seperti itu yang beredar di toko-toko pertanian. Selain itu, sebaiknya jumlah benih tiap rumpun cukup dua butir dengan jarak tanam cukup lebar ± 45 cm. Dengan cara ini, kebutuhan benih lebih sedikit, namun pertumbuhannya lebih optimal. Kebiasaan umunya sekarang yang diterapkan oleh petani adalah menanam bibit padi tiap rumpun jumlahnya 4-5 bibit dengan jarak tanam 25 cm. Cara petani ini dianggap akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi karena jumlah bibit lebih banyak otomatis jumlah anakan akan lebih banyak, dan dengan jarak tanam yang lebih pendek otomatis jumlah rumpun juga lebih banyak. Namun, berdasarkan hasil penelitian, bila tiap rumpun hanya 2 bibit dengan jarak tanam yang lebar, ruang gerak untuk pembentukan anakan lebih longgar. Sirkulasi udara dan cahaya juga lebih baik. Cara ini dapat mengoptimalkan produktivitas tanaman padi.
Untuk kegiatan pemeliharaan, sistem tabela dengan sistem pindah-tanam tidak ada perbedaan. Masalah kondisi gulma, pada sistem tabela biasanya gulma lebih dominan. Sifat gulma yang lebih mudah tumbuh dapat mengalahkan pertumbuhan tanaman padi di lahan sistem tabela. Kalau di lahan sistem pindah-tanam, yang ditanam adalah bibit padi yang sudah tumbuh, sementara biji-biji gulma yang ada di lahan belum tumbuh. Jadi pertumbuhan gulmanya lebih terlambat. Untuk mengatasinya bisa dengan cara manual (Bahasa Jawa:diwatun)  atau dengan cara kimiawi menggunakan herbisida padi, contohnya adalah DMA-6 untuk memberantas gulma berdaun lebar dan teki-tekian. Sedangakan untuk gulma berdaun sempit dapat menggunakan Clipper 25 OD, spesialis untuk memberantas rumpt yang “bandel” seperti Echinochloa crusgalli (Jejagoan/Pari-parian). Kedua produk tersebut merupakan herbisida selektif terhadap tanaman padi yang bersifat purna tumbuh.

Semoga bermanfaat...

Bagaimana dengan pendapat Anda.....????

  

Labels:

Friday, March 11, 2011

Pengaruh pH Tanah Terhadap Tanaman


Salah satu parameter kualitas tanah adalah pH singkatan dari potential of Hydrogen. Dalam tanah terlarut berbagai macam unsur hara berbentuk ion-ion (partikel yang bermatan listrik), karena akar tanaman menyerap unsur-unsur hara tersebut dalam bentuk ion-ion sebagai bahan makananya. Jika kepekatan ion hidrogen (H+)  di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah dikatakan asam. Sebaliknya, jika kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanah dikatakan basa. Pada kondisi basa kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+.
Secara kuantitatif, besarnya keasaman dan kebasaan tanah dinyatakan dalam satuan grammol per Liter (gmol/L). Bilangan kepekatan ion ini sangat kecil sekali sehingga penulisannya dengan angka pecahan, misalnya 1/100.000 gmol/L. Deretan angka nol dapat disingkat 10 (jumlah angka nol), jadi misalanya 1/100 gmol/l ditulis 10-2 , atau dapat pula ditulis logaritma negatif 2. 
Secara teoritis, Ukuran pH dikuantitaskan dari angka 1 sampai 14. Angka 1 berasal dari logaritma -1 atau 10-1. Jadi, jika nilai pH=1, berarti kepekatan ion H+ dalam tanah adalah 1/101 gmol/l. Tanah dengan kepekatan ini sangat asam. Sementara angka 14 berarti kepekatan H+ adalah 10-14 gmol/l. Tanah pada angka ini sangat basa. Jika angkanya 7 (nilai tengah) dikatakan netral, dimana kepekatan H+ dan OH- dalam jumlah yang seimbang.
Dalam hal budidaya tanaman, secara umum kondisi tanah yang baik adalah netral. Namun secara spesifik, setiap tanaman mempunyai nilai pH optimum yang berbeda-beda untuk mendukung pertumbuhannya. Misalnya tebu, cocok pada tanah yang sedikit basa (nilai pH diatas 7). Sementara kacang tanah dan jagung cocok pada tanah yang sedikit asam (nilai pH di bawah 7). Oleh karena beriklim tropis dengan curah hujan yang  cukup tinggi, maka pada umumnya tanah di wilayah Indonesia mempunyai pH rendah atau kondisinya asam. Selain itu juga karena penggunaan pupuk anorganik yang terus-menerus dapat pula menyebabkan tanah menjadi semakin asam. Pupuk N yang diberikan dalam jumlah  besar dan terus-menerus dapat mengasamkan tanah. Keragaman nilai keasaman dipengaruhi jenis pupuk N yang digunakan. Contohnya, bila amonium nitrat (mengandung 33,5% N) yang digunakan, terjadi pengurangan 1,8 gram CaCO3 setiap kali penambahan 1 gram N. Seratus gram pupuk ini mempunyai pengaruh mengasamkan tanah setara dengan kehilangan 59 gram CaCO3.
Tanah dengan pH rendah, sebagian unsur-unsur hara di dalamnya, terutama fosfor (P) dan kalsium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap tanaman. Akibat curah hujan yang tinggi akan mempercepat hancurnya unsur-unsur mineral tersebut. Padahal unsur mineral ini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Efek negatif lain dari tanah dengan pH rendah adalah semakin tinggi daya larut unsur aluminium karena bersifar racun bagi tanaman. Aluminium tidak bersifat racun kalau terikat oleh tanah. Bagi tanaman muda, keracunan aluminium menyebabkan tidak dapat hidup sampai sampai tua. Seandainya derajat keasaman tanah tersebut tidak terlalu asam, tanaman ini dapat tumbuh normal, tetapi tidak akan menghasilkan buah. Padi atau kacang-kacangan bila ditanam pada tanah yang agak asam hanya akan menghasilkan bulir padi atau polong yang hampa. Pada beberapa tanaman palawija seperti jagung dan kedelai akan memperlihatkan gejala kelainan pada sistem perakarannya akibat keracunan aluminium. Ujung akar membengkak sehingga tidak mampu berfungsi menyerap hara dan air.
Selain berpengaruh terhadap ketersedian unsur hara, pH tanah juga berpengaruh terhadap jasad mikro di dalam tanah. Nitrifikasi dan fiksasi nitrogen berlangsung cepat pada tanah ber-pH lebih dari 5,5. Kondisi tanah yang asam juga menjadi media yang cocok untuk pertumbuhan beberapa cendawan penyebab penyakit tanaman seperti Fusarium sp. dan Pythium sp. Jamur bisanya tumbuh baik pada lingkungan yang agak asam (pH sekitar 5), dan dapat tumbuh pada subtrat dengan kadar air yang sangat rendah (Webster, 1970. Introduction of Fungi.Cambridge University Press. 202-204).
Cara satu-satunya untuk memperbaiki tanah asam adalah dengan pemberian kapur. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan derajat keasaman tanah (pH) sehingga menjadi netral,  nilainya sekitar 7. Selain itu, pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalsium yang sangat diperlukan tanaman. Kalsium berfungsi untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. Jika tanah terlalu basa usaha yang perlu dilakukan adalah penambahan unsur belerang.
                 Kapur pertanian yang beredar di pasaran terdiri dari kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaCO3 MgCO3). Bila kondisi lahan sangat asam maka sebaiknya menggunakan kalsit, sebaliknya jika kondisi lahan agak asam maka dapat dipilih dolomit. Dilihat kandungan unsur haranya, dolomit lebih lengkap dibandingkan kalsit karena mengandung unsur magnesium (Mg) yang berfungsi membentuk zat hijau daun (klorofil).
Adapun dosis pemberian kapur tergantung hasil pengukuran pH tanah. Jika kondisi tanahnya sangat asam tentunya membutuhkan kapur semakin banyak. Seandainya lahan belum pernah dikapur dan tidak terdapat alat pengukur pH tanah, maka sebagai patokan dapat digunakan 4 ton kalsit per hektar. Pengapuran paling baik dilakukan bersamaan dengan pembajakan lahan. Dengan cara demikian, kapur pertanian akan segera tercampur merata dengan tanah dan terendam air sehingga langsung bereaksi meningkatkan pH tanah tersebut. Bila tanah kondisinya kering, siram tanah tersebut sampai cukup basah hingga kapasitas lapang. Kemudian biarkan tanah tersebut  selama 2-4 minggu. Bila pengapuran digabungkan dengan pemberian pupuk kandang maka akan terjadi pengikatan unsur-unsur hara terutama fosfor dan beberapa unsur hara mikro pupuk kandang. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kalsium dari kapur pertanian yang bereaksi dengan unsur-unsur mikro yang terkandung dalam pupuk kandang.
Tabel : Dosis dolomit untuk menetralkan tanah asam
PH tanah
Dosis Dolomit (ton/Ha)
4,0
10,24
4,1
9,76
4,2
9,28
4,3
8,82
4,4
8,34
4,5
7,87
4,6
7,39
4,7
6,91
4,8
6,45
4,9
5,98
5,0
5,49
5,1
5,02
5,2
4,54
5,3
4,08
5,4
3,60
5,5
3,12
5,6
2,65
5,7
2,17
5,8
1,69
5,9
1,23
6,0
0,75



Sumber :
Lingga, P. Dan Marsono, 2001. PETUNJUK PENGGUNAAN PUPUK. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prajnanta, F., 2008. Seri Agrisolusi : Mengatasai Permasalahan bertanam Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Dan sumber-sumber lainya.

Labels:

Indonesia adalah negara agraris (sebuah kenyataan atau pertanyaan)


Mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian di bidang pertanian, itu lah faktanya. Kalau hal tersebut dijadikan parameternya, maka Indonesia adalah negara agraris. Pernyataan itu benar adanya. Namun, sebagai negara agraris diharapkan kebutuhan pangan untuk warganegaranya dapat dicukupi dari produksi dalam negeri. Kenyataanya, Indonesia masih mengimpor pangan dari luar negeri, tidak hanya beras sebagai makanan pokok, tetapi bahan pangan lainnya seperti gandum, kedelai, dan jagung. Masih banyak warga negaranya yang mengalami kelaparan di pedesaan yang menjadi sentra produksi pangan. Jadi pernyataan bahwa negara Indonesia adalah negara agraris patut jadi pertanyaan.
Sebenarnya negara ini diuntungkan karena dikaruniai kondisi alam yang mendukung, hamparan lahan yang luas, keragaman hayati yang melimpah, iklimnya adalah  tropis dimana sinar matahari terjadi sepanjang tahun sehingga bisa menanam sepanjang tahun. Realita sumberdaya alam seperti ini sewajarnya mampu membangkitkan Indonesia menjadi negara yang makmur, tercukupi kebutuhan pangan seluruh warganya.
Sayangnya, Sumber daya alam yang ada tidak didukung oleh sumber daya manusia yang handal. Pelaku pertanian, khususnya pangan (dalam artian petani padi, produsen makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia), umumnya adalah petani gurem. Tipe mereka adalah orang tua tidak berpendidikan, dilakukan hanya untuk pekerjaan sampingan dan kepemilikan lahan yang sempit. Kepemilikan lahan rata-rata hanya 0,5 Ha. Sehingga, susah diajak untuk lebih maju. Mereka tidak responsif terhadap perkembangan teknologi, lebih cenderung bersikap konservatif menerapkan metode tradisional yang biasa mereka terapkan. Walaupun kadang mereka mengetahui sisi positifnya, namun dengan berbagai alasan mereka tidak langsung menerimanya.
Produktivitas hasil panen berbagai macam komoditas pertanian kita masih kalah jauh dengan negara-negara lain. Kualitas hasil panen pun masih tertinggal. Pertanian kita pun belum dilakukan secara efisien, sehingga harganya kurang kompetitif di perdagangan internasional. Maka, dari segi teknologi cara bercocok tanam masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan produktivitas. Dengan kondisi iklim yang tidak menentu akibat global farming, tantangan dalam budidaya tanaman semakin komplek. Cuaca semakin sulit diprediksi. Hama dan penyakit tanaman tidak mudah diprediksi kemunculan serannganya.
Industri sarana produksi pertanian dari benih sampai alat-mesin pertanian dikuasai oleh kapitalisme asing, jadi keuntungan banyak dinikmati oleh negara asing. Petani bergantung pada industri asing. Indonesai memang mempunyai banyak pabrik, tetapi tidak mempunyai industri yang mapan. Kedaulatan petani menjadi tereduksi.
Pemberdayaan kelembagaan petani harus pula dikuatkan. Dalam usaha tani harus ada kerjasama kegotong royongan antar petani. Banyak masalah yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Kerjasa sama antar petani dan pemerintah pun harus saling mendukung. Seringkali kebijakan yang diterapkan tidak pro petani, cenderung hanya menguntungkan golongan kapitalis. Kebijakan pemerintah pusat tentunya bermaksud baik untuk membantu petani, sampai ke bawah kadang menyimpang dari apa yang diharapkan petani.
Walau bagaimanapun banyaknya masalah dan hambatan, kita tetap harus optimis bisa mencapai hal-hal yang kita harapkan.
Bagikan pemikiran dan karya-karya anda disini untuk kemajuan dunia pertanian indonesia. Dunia pertanian Indonesia yang adil dan merata....untuk kemakmuran bagi semua, bagi petani sebagai produsen dan bagi warga negara pada umumnya.

Salam....cahndeso

Majulah petani indonesia...

Bagaimana dengan anda..????



Labels: