Monday, January 16, 2017

Tata Cara Aplikasi Pestisida yang Tepat dan Benar



 Penyemprotan Pestisida.
Dalam usaha budidaya pertanian, tujuan dari aplikasi pestisida adalah untuk menjaga tanaman yang dibudidayakan agar terhindar dari segala gangguan sehingga pertumbuhannya tetap optimal yang pada akhirnya dapat memproduksi hasil panen yang maksimal. Gangguan tersebut datang dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat berupa serangan hama dan penyakit, adanya gulma, atau suatu kondisi tertentu yang tidak diharapkan (misalnya : pertumbuhanny sangat lambat, lama tidak berbuah).
Kegagalan aplikasi pestisida bukan berarti karena kualitas pestisida tersebut yang jelek, tapi bisa juga disebabkan karena kesalahan teknis cara aplikasinya. Betapa pun ampuhnya suatu pestisida, tidak akan berfungsi sama sekali jika cara penggunaanya salah.
Spraying /penyemprotan merupakan metode aplikasi pestisida yang paling umum digunakan. Diperkirakan 75%  pestisida di dunia diaplikasikan dengan cara disemprotkan, baik secara konvensional di darat (ground spraying) maupun  dari uadara (aerial spraying).

Aerial Spraying

Namun sebenarnya penyemprotan merupkan metode aplikasi pestisida yang tidak efisien karena dari seluruh larutan pestisida yang disemprotkan ke bidang sasaran, sekitar 1% saja yang benar-benar berfungsi meracuni target OPT. Sisanya akan tertinggal di permukaan bidang sasaran (dalam banyak kasus adalah daun tanaman), dan sebagian lainnya hilang ke lingkungan. Hal inilah yang menjadi dilema dalam penggunaan pestisida kimia. Pestisida yang menempel di tanaman akan menimbulkan masalah residu yang membahayakan bagi yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Sedangkan pestisida yang hilang ke lingkungan akan mencemari lingkungan yang membahayakan bagi kehidupan organisme selain OPT target. Setidaknya dengan teknik penyemprotan yang benar dapat meminimalkan resiko bagi pengguna, konsumen, maupun lingkungan.
     Ground Spraying
Dalam penyemprotan, larutan pestisida (campuran pestisida dan air) dipecah oleh nozzle (spuyer) menjadi butiran semprot yang selanjutnya didistribusikan ke bidang sasaran penyemprotan. Metode penyemprotan juga dilakukan dengan cara pengabutan (mist blowing) dengan menggunakan alat pengabut (Mist Blower).
 Penyemprotan dengan menggunakan Mist Blower
Pengendalian suatu jenis OPT secara kimiawi dapat berhasil jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1.      Pestisida tersebut cocok untuk OPT sasaran yang dimaksud
2.      OPT sasaran masih peka terhadap pestisida yang digunakan (OPT belum resisten)
3.      Pestisida diaplikasikan menurut teknik (waktu, takaran dan cara)  yang benar.
Dengan bahasa lain, supaya tercapai tujuan aplikasi pestisida sesuai yang diharapkan, ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan pestisida, yang lebih kenal dengan sebutan “4T”, yaitu:
T-1 : Tepat Sasaran
T-2 : Tepat Waktu
T-3 : Tepat Dosis
T-4 : Tepat Metode Aplikasi
Ada satu T lagi yang menurut Penulis juga penting sebagai pengguna produk pestisida adalah Tepat harga. Penggunaan produk pestisida dalam usaha budidaya pertanian merupakan biaya produksi yang harus ditekan supaya menguntungkan. Jadi, Pilih produk pestisida yang harganya murah dan berkualitas. 
TEPAT SASARAN
Sasaran aplikasi pestisida dapat dibagi menjadi dua, yaitu : sasaran biologis ( target sasaran OPT) dan sasaran fisik (raung atau bidang sasaran).
Salah satu kunci keberhasilan pengendalian OPT secara kimiawi adalah mengenali sasaran biologisnya secara spesifik. Itulah mengapa dianjurkan sebelum aplikasi pestisida, dilakukan pengamatan lapangan untuk mengidentifikasi OPT yang ada. Jenis OPT yang berbeda memerlukan jenis pestisida yang berbeda pula.
Kunci keberhasilan lainnya adalah mengenali ruang/bidang sasaran aplikasinya yang  merupakan ruang/bidang tempat OPT berada. Dengan mengaplikasikan pestisida ke bidang sasaran, OPT diharapkan akan ter-expose/terpapar bahan aktif pestisida dalam jumlah yang memadai untuk membunuhnya.  Sebagai contoh, insektisida racun perut bersifat sistemik disemprotkan ke bidang sasaran yaitu pada daun tanaman (walaupun pada saat penyemprotan tidak ada hama ulat), dengan harapan suatu saat hama akan datang dan memakan daun yang sudah disemprot tersebut. 
  Bidang Sasaran Penyemprotan Pestisida
Bidang sasaran dalam aplikasi pestisida di bidang pertanian adalah tanaman atau bagian tanaman dan tanah. Khusus untuk kasus penyemprotan herbisida pasca-tumbuh, bidang sasarannya sama dengan sasaran biologisnya, yaitu gulma yang sudah tumbuh. Sedangkan untuk aplikasi herbisida pra-tumbuh (pengendalian biji-biji gulma), insektisida/fungisida formulasi butiran, tanah merupakan bidang sasaranya.
Untuk kasus hama yang biasanya berada di permukaan daun bagian bawah (seperti thrips, kutu daun), maka bidang sasarannya adalah permukaan daun (khususnya permukaan bagian bawah). Sehingga supaya hasilnya maksimal, teknik penyemprotannya harus benar, semprotan diarahkan dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas.
Jenis OPT yang dapat dikendalikan oleh suatu pestisida dicantumkan pada label kemasan pestisida dan brosur yang menyertainya.  Namun pada prakteknya, pada takaran sesuai dengan anjuran, mungkin OPT yang dimaksud kepekaanya sudah berkurang terhadap pestisida tersebut. Maka penggunaan pestisida dengan takaran normal tidak lagi efektif. Dan jika kekebalan (resistensi) pada OPT sudah terjadi, pestisida tersebut sama sekali tidak efektif.
Umumnya suatu bahan aktif pestisida yang sudah lama digunakan oleh kalangan petani di suatu daerah tertentu, kepekaan OPT target sudah berkurang. Sehingga dalam aplikasinya, takaran penggunaan pestisida tersebut ditingkatkan. Inilah yang jadi problem bagi petani, penggunaan dengan takaran yang ditingkatkan akan meningkat pula biaya produksi dalam usaha pertanianya. Problem lainnya jika suatu OPT sudah resisten dan belum ditemukan alternatif lain untuk mengendalikan OPT tersebut.
Bisa terjadi jenis OPT tertentu di suatu daerah sudah resisten terhadap suatu jenis pestisida, namun di daerah lain tidak terjadi. Hal ini terkait dengan riwayat penggunaan pestisida tersebut di kalangan petani. Pestisida yang relatif baru digunakan di suatu daerah, biasanya masih efektif (efikasi-nya masih tinggi) terhadap OPT target.
Hal yang perlu digarisbawahi adalah jangan buru-buru mengambil kesimpulan terlalu dini bahwa suatu OPT sudah resisten tehadap jenis pestisida tertentu. Karena penggunaan suatu pestisida yang tidak efektif lagi untuk mengendalikan OPT target, bisa jadi bukan karena OPT yang sudah resisten, tapi bisa jadi karena tata cara aplikasi pestisida tersebut yang kurang tepat.
TEPAT WAKTU
Untuk menetapkan kapan waktu yang tepat produk perlindungan tanaman akan diaplikasikan, kita harus mengetahui karakteristik produk tersebut dan juga karakteristik OPT sasaran.
Untuk produk herbisida, waktu aplikasinya dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan kondisi pertumbuhan OPT target (gulma), yaitu :
1.      Pra-tumbuh (Pre-emergence): diaplikasikan sebelum gulma tumbuh.
2.      Pasca-tumbuh (post-emergence): diaplikasikan sesudah gulma tumbuh
3.      Pasca-tumbuh awal (early post-emergence) : diaplikasikan di awal pertumbuhan  biji-biji gulma (gulma berdaun 3-4 helai)
Jika melihat karakteristik  cara kerja herbisida, waktu aplikasinya dapat digolongkan menjadi 2 berkaitan dengan tanaman budidaya, yaitu :
1.      Pra-tanam (pre-planting) : sebelum tanaman budidaya ditanam, biasanya menggunakan herbisida non-selektif.
2.      Pasca-tanam (post-planting): aplikasi herbisida sesudah tanaman budidaya ditanam, menggunakan herbisida bersifat selektif.
 Herbisida Pasca-Tumbuh bersifat Non-Selektif
Untuk produk pestisida jenis insektisida dan fungisida, rentang waktu penggunaannya berdasarkan pada pertimbangan kondisi serangan hama dan penyakitnya, kemudian dipilih produk dengan sifat dan cara kerja yang sesuai untuk kondisi tersebut. Berdasarkan pada pertimbangan ini, ada dua istilah untuk menjelaskan waktu penggunaan pestisida, yaitu :
1.      Preventif
Aplikasi preventif adalah aplikasi insektisida dan fungisida sebelum ada serangan hama dan atau penyakit, dengan tujuan untuk melindungi pertanaman dari kemungkinan serangan hama/penyakit. Insektisida yang cocok digunakan adalah yang bersifat sistemik yang bisa terserap oleh jaringan tanaman, sehingga jika suatu saat hama menyerang, tanaman sudah terlindungi karena “mengandung racun” yang dapat mematikan hama.   Aplikasi preventif fungisida berfungsi untuk mencegah infeksi cendawan, fungisidanya disebut fungisida “protektan”yang bersifat non-sistemik. Jika tanaman sudah terlanjur terinfeksi cendawan, penggunaan fungisida protektan tidak efektif lagi. Maka konsekuensinya penggunaan fungisida protektan harus secara berkala.
2.      Kuratif
Aplikasi kuratif dilakukan sesudah ada serangan dengan maksud  untuk menghentikan serangan tersebut atau untuk menurunkan populasi hama. Insektisida yang cocok digunakan adalah yang bersifat kontak non-sistemik dan penyemprotannya harus langsung ke target OPT. Aplikasi kuratif fungisida menggunakan fungisida yang bersifat sistemik.
Selain pertimbangan-pertimbangan sebagaimana dijelaskan diatas yang berkaitan dengan perkembangan OPT dan jenis pestisida, faktor cuaca juga harus menjadi perhatian kapan pestisida di aplikasikan.  Rekomendasi umum kapan waktu yang tepat untuk penyemprotan dalam hubungannya dengan keadaan cuaca adalah :
           1.      Tidak melakukan penyemprotan saat hujan (atau menjelang akan turun hujan)
2.  Udara terlalu kering atau terlalu panas (karena pengguna akan merasa tidak nyaman, dan mudah terjadi penguapan)
3.  Angin terlalu kencang (dapat mencemari lingkungan dan membahayakan keselamatan pengguna).
Jika tidak ada angin dan hujan, waktu penyemprotan yang cukup ideal adalah pada pagi hari atau sore hari. Bila kondisi memungkinkan, penyemprotan dilakukan pada malam hari dengan pertimbangan untuk memaksimalkan daya efikasi insektisida kontak bersifat non-sistemik, karena pada malam hari hama biasanya muncul keluar yang mana kalau pada siang hari hama tersebut berada di tempat tersembunyi, contohnya hama orong-orong/anjing tanah.
TEPAT DOSIS
Supaya penggunaan suatu pestisida untuk mengendalikan jenis OPT tertentu hasilnya efektif, perlu dengan takaran jumlah yang sesuai. Untuk produk herbisida, penentuan  jumah takaran menggunakan sataun dosis yang artinya jumlah pestisida yang digunakan untuk setiap satuan luas lahan (gram/Ha,Liter/Ha). Sedangkan produk insektisida dan fungisida biasanya menggunakan takaran konsentrasi yang berarti banyaknya pestisida yang harus dicampur ke dalam setiap liter air (ml/liter, gram/liter). Selain takaran pestisida yang digunakan, hal lain yang harus diperhitungkan adalah volume semprot, artinya banyaknya larutan pestisida yang  digunakan untuk menyemprot setiap satuan luas lahan.  
Volume semprot disesuaikan dengan jenis tanaman dan stadia pertumbuhan tanaman. Untuk penyemprotan insektisida dan fungisida secara konvensional-dengan menggunakan sprayer punggung- pada tanaman semusim, volume semprot yang dianjurkan antara 300-500 liter/ha. Volume tangki sprayer yang dijual dipasaran adalah 14 dan 17 liter. Jadi untuk menyemprot lahan seluas 1 ha jika menggunakan tangki sprayer 17 liter diperlukan 18-30 kali penyemprotan. Volume semprot yang cukup supaya permukaan bidang sasaran tertutup secara merata oleh butiran semprot dalam jumlah yang memenuhi syarat. Tingkat penutupan ini dalam teknik aplikasi disebut coverage atau liputan. Jika tingkat penutupan ini kurang maka masih ada bagian bidang sasaran yang belum terlindungi yang bisa mengakibatkan usaha pengendalian serangan OPT kurang berhasil maksimal.
Dosis atau konsentrasi sudah ditentukan oleh produsen yang mencantumkannya pada label kemasan produk berupa tabel petunjuk penggunaan. Takaran aplikasi umumnya diberikan dalam suatu kisaran angka. Contohnya, dosis 0,5 – 1 ml/Liter. Dalam praktek di lapangan, takaran aplikasi bisa disesuaikan menurut keadaan. Jika serangan OPT tidak terlalu berat (tingkat populasi hama masih sedikit) gunakan takaran yang rendah. Jika serangan OPT sudah cukup berat, gunakan takaran yang tinggi. Jika OPT sudah berkurang kepekaanya terhadap pestisida tersebut (dengan kata lain pestisida tersebut efikasi-nya berkurang terhadap suatu OPT sesuai dengan takaran standar perusahaan), seringkali diperlukan takaran yang lebih tinggi. Tapi perlu kehati-hatian dalam menaikan takaran. Konsentrasi yang tinggi kemungkinan dapat menyebakan fitotoksik terhadap daun tanaman.
 Tabel Petunjuk Penggunaan Pada Label Kemasan Produk Pestisida
Untuk herbisida tanah, takaran disesuaikan dengan tingkat populasi gulma dan tipe tanahnya. Tanah yang “berat” atau kandungan liatnya tinggi, diperlukan takaran yang lebih tinggi untuk mengompensasi bahan aktif yang mungkin terikat oleh koloid tanah. Demikian juga untuk tanah yang sangat ringan, karena herbisida akan mudah tercuci ke bawah.  
TEPAT METODE APLIKASI
Metode aplikasi pestisida ditentukan juga oleh formulasi dari pestisida yang akan digunakan (Baca Artikel : Penjelasan Kode Formulasi Produk Pestisida). Selain dengan metode aplikasi penyemprotan, untuk pestisida formulasi butiran (granule/G) diaplikasikan dengan ditaburkan ke tanah. Pestisida yang ditaburkan ke tanah diharapkan akan diserap oleh akar tanaman dan selanjutnya didistribusikan ke seluruh bagian tanaman. Oleh karena itu, pestisida yang diformulasikan dalam bentuk butiran harus pestisida yang bersifat sistemik akropetal.
 Sistemik Akropetal
Aplikasi pestisida butiran merupakan cara yang baik untuk melindungi benih yang baru ditanam pada lubang tanam dan untuk melindungi tanaman yang masih muda dari gangguan OPT. Karena daun tanaman yang masih muda masih rentan jika terkena semprotan larutan pestisida. Namun, pestisida butiran-terutama yang bersifat tidak selektif-dapat merugikan biota tanah yang bukan OPT seperti cacing tanah.
Dari segi keselamatan pengguna, pestisida butiran tidak mudah meresap ke dalam tubuh (kecuali jika kulit dalam keadaan basah). Untuk itu, saat menaburkan pestisida, pengguna sebaiknya menggunakan sarung tangan.
Aplikasi pestisida butiran juga tidak membutuhkan peralatan, tidak seperti metode aplikasi penyemprotan yang memerlukan peralatan dari yang sederhana sampai yang canggih. Metode aplikasi yang benar harus didukung dengan penggunaan peralatan tepat yang bekerja dengan baik.
Bila dalam aplikasi pestisida menggunakan beberapa macam campuran pestisida, maka tata cara mencampur pestisida juga harus tepat dan benar (Baca artikel : Tata Cara Yang Benar Mencampur Beberapa Macam Pestisida dalam Sekali Penyemprotan)  



0 Comments:

Post a Comment

Bagaimana Pendapat Anda...??????

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home