Monday, January 2, 2017

Pestisida Nabati, Alternatif Cara Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman yang Ramah Lingkungan (Bagian -1)




Hama Kutu Kebul pada Daun Mangga
Dalam usaha budidaya tanaman, tidak akan lepas dari masalah serangan hama dan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, dan usaha untuk mengendalikannya adalah dengan menggunakan produk-produk pestisida ( Baca artikel lainnya : Pestisida tidak hanya membunuh hama).

Produk pestisida yang paling banyak digunakan oleh petani dan yang paling banyak  beredar di toko-toko pertanian adalah produk pestisida yang bahannya dari bahan kimia sintetis. Produk tersebut diproduksi oleh perusahaan-perusahaan agrochemicals seperti Dow Agro, Bayer, Syngenta, DuPont, dll. 
Produk Pestisida dari Suatu Perusahaan Agrochemical
Selain terbuat dari bahan kimia, pestisida bisa dibuat dari berbagai bahan, baik alami maupun hasil sintesis di laboratorium. Berikut ini bahan asal pestisida :
1. Bahan alami : bahan alami penyusun pestisida bisa berupa ekstrak tumbuhan atau jasad renik
2. Hasil Fermentasi
3. Senyawa kimia sintetik
( Baca artilek lainya : Bahan-bahan untuk Membuat Pestisida )
Pestisida alami yang berasal dari tumbuhan secara spesifik disebut dengan pestisida botani atau pestisida nabati. Berdasarkan catatan sejarah, pestisida nabati sebenarnya sudah lama digunakan, misalnya penggunaan air perasan daun tembakau sudah dipraktekan oleh petani prancis pada tahun 1690-an. Namun, dalam kurun waktu selanjutnya, penggunaan pestisida nabati mulai ditinggalkan setelah ditemukannya DDT pada tahun 1940-an yang kemudian digunakan secara meluas diikuti dengan bermunculnya produk-produk pestisida kimia sintetis. 
Dalam kurun waktu sejak ditemukannya DDT sampai sekarang, ketergantungan penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan serangan hama-penyakit tanaman, sudah sangat tinggi. Padahal penggunaan pestisida kimia yang berlebihan, tidak saja akan meningkatkan biaya produksi, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan petani, konsumen maupun keseimbangan hayati sekitarnya.
Beberapa pengaruh negatif yang akan timbul akibat penggunaan pestisida kimia sintetis adalah:
1. Hama menjadi resisten (kebal).
2. Peledakan hama akibat tidak efektifnya pemakaian pestisida.
3. Penumpukan residu yang dapat membahayakan petani/pengguna dan konsumen.
4. Ikut terbunuhnya musuh alami.
5. Terjadinya polusi lingkungan.
6. Perubahan status hama dari hama minor menjadi hama utama.
Harga produk pestisida kimia dari tahun ke tahun selalu meningkat, tapi tidak seimbang dengan kenaikan harga produksi pertanian.   Penggunaan secara terus menerus dengan pestisida kimia yang sama, dapat mengakibatkan resistensi. Maka, petani terpaksa menggunakan pestisida berlipat ganda agar hama dapat di basmi.
Alternatifnya adalah dengan cara :
1.     Pencegahan harus dilakukan melalui penggunaan pestisida alami yang tidak meninggalkan residu berbahaya dan ramah lingkungan (friendly environment), penggunaan musuh alami hama (predator dan parasitoid), bio-pestisida, rotasi tanaman dan menanam tanaman kawan (companion plant).
2.     Pada lahan sempit, petani dapat melakukan pengendalian secara manual (memetik daun atau memungut ulat yang menyerang).
3.     Pengamatan dilakukan sesering mungkin, dan petani harus rajin melakukan sanitasi terhadap lingkungan sekitar tanaman.  Daun-daun yang terkena penyakit sebaiknya dibakar (eradikasi). 
4.     Rotasi tanaman adalah menanam sayuran yang tidak sekeluarga atau tidak sama, dalam satu tempat dalam jangka waktu tertentu, misalnya : lahan bekas kacang panjang berikutnya jangan ditanami buncis.  Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan penumpukan bibit hama/penyakit.  Selain itu, rotasi tanaman juga bermanfaat bagi penambahan unsur N, misalnya lahan setelah ditanami jagung, berikutnya ditanami kacang buncis/kacang panjang.
5.     Sedangkan tanaman kawan/pendamping (companion plant), berfungsi mengusir hama, aroma tanaman tersebut membuat hama tidak mau mendekat, contoh yang banyak ditemui di lapangan adalah : kol dan tomat.  Aroma tomat sangat tidak disukai oleh kupu-kupu yang menjadi siklus hidup ulat Plutella. Contoh lainnya seledri dan bawang daun, tomat dan bawang daun, selada dan ketimun dan lain-lainnya.
6.     Sedangkan beberapa jenis pestisida organik yang berfungsi sebagai pengendali hama/penyakit antara lain : pestisida nabati (pesnab), agen hayati yang berfungsi sebagai predator atau musuh alami bagi hama-hama atau penyakit jenis tertentu (bio-pestisida), dan bahan-bahan lain yang berfungsi sebagai penarik atau penolak kehadiran serangga/repellent .
7.     Agen hayati umumnya dikembangbiakkan dalam media tertentu dan diaplikasikan dengan cara disemprot (misalnya : virus NPV, bakteri Bt) dan dapat pula dicampurkan dalam media tanam/pupuk (misalnya : Gliocladium).
8.     Tepung belerang dapat ditaburkan pada bagian daun/batang yang terkena busuk jamur (Phytopthora).
Salah satu alternatif cara pengendalian serangan hama-penyakit tanaman yang ramah lingkungan adalah dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati dapat dibuat dengan menggunakan teknologi tinggi dan diproduksi dalam skala industri. Namun, dapat  pula dibuat dengan teknologi sederhana oleh kelompok tani atau perorangan. Pestisida nabati yang dibuat secara sederhana dapat berupa larutan hasil perasan, rendeman, ekstrak atau rebusan bagian tanaman seperti akar, umbi, batang, daun, biji dan buah.
Contoh produk pestisida nabati yang diproduksi oleh suatu perusahaan adalah:



Produk Pestisida Nabati
Penggunaan pestisida nabati untuk mengendalikan serangan hama-penyakit tanaman, bekerja tidak dengan “membunuh” secara langsung terhadap hama sasaran, tapi melalui cara kerja yang bermacam-macam. Karena hal itulah daya kerja pestisida nabati dinilai kurang efektif dibandingkan pestisida kimia. Sehingga sebagian besar petani enggan menggunakan pestisida nabati.
Jadi, pestisida nabati memiliki berbagai fungsi yang bermacam-macam, antara lain sebagai :
  • Repelen, yaitu menolak kehadiran serangga (bau yang menyengat)
  • Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot (ada rasa pahit).
  • Mencegah serangga meletakkan telur.
  • Sebagai racun syaraf.
  • Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.
  • Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga.
Kelebihan dari pestisida berbahan baku nabati antara lain :
  • Mengalami degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari.
  • Memiliki efek/pengaruh yang cepat untuk menghentikan kerusakan akibat serangan hama, yaitu menghentikan nafsu makan serangga walapun jarang menyebabkan kematian.
  • Toksitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia (lethal dosage (LD) >50 Oral).
  • Memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif.
  • Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida sintetis.
  • Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman.
Sedangkan kelemahan penggunaan pestisida nabati sebagai berikut :
  • Cepat terurai dan aplikasinya harus lebih sering.
  • Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan serangga/ memiliki efek lambat).
  • Kapasitas produksinya masih rendah dan  belum dapat dilakukan dalam jumlah massal (bahan tanaman untuk pestisida nabati belum banyak dibudidayakan secara khusus).
  • Ketersediaannya di toko-toko pertanian masih terbatas
Diambil dari buku  “Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan, Ir.Novizan, Agromedia Pustaka, Jakarta Tahun 2002, Berikut ini daftar tumbuhan yang telah diteliti manfaatnya sebagai pestisida nabati :



No
Nama Umum
Nama Ilmiah
Bagian Tanaman
Penggunaan
1
aglaia
Aglaia odorata
Kulit, batang, daun
insektisida
2
Babandotan
Ageratum conyzoides
Daun, batang, akar
Insektisida, nematisida
3
Balakama
Ocimum basilicum
Daun, biji
Insektisida
4
Bawang putih
Allium sativum
Umbi
Insektisida, fungisida, nematisida
5
Bengkuang
Pacchiryzus erosus
Daun, biji
Insektisida
6
Bitung
Baringtonia sp.
biji
Insektisida
7
Brotowali
Tinospora sp.
Batang
Insektisida
8
Cengkih
Syzigium aromaticum
Daun, bunga
Insektisida, bakterisida, fungisida
9
Daun wangi
Malaleuca bracteata
daun
Atraktan
10
Duku
Lansium demosticum
Kulit buah, biji
Insektisida
11
Gadung
Dioscore composite
umbi
Rodentisida, insektisida
12
Jarak
Ricinus communis
Biji, daun
Rodentisida, nematisida, insektisida
13
Jarak pagar
Jathropa curcas
biji
Insektisida
14
Jeringau
Acarus calamus
rimpang
Insektisida, fungisida
15
Kecubung
Datura sp.
Biji, daun
Insektisida
16
Kembang sungsang
Gloriosa superba
akar
insektisida
17
Kipahit
Tithonia sp.
daun
Repellan 
18
Kunyit
Curcuma domestica
rimpang
Nematisida, rodentisida
19
Lada
Piper nigrum
Buah, biji
Insektisida, fungisida, nematisida
20
Legundi
Vitex trifolia
daun
Insektisida
21
Lempuyang emprit
Zingiber merican
Rimpang
Insektisida
22
Lempuyang gajah
Zingiber zerumbet
Rimpang
Insektisida
23
Lerak
Sapindus rarak
Buah, biji
Insektisida
24
Mahoni
Swietenia macropilla
Biji
insektisida
25
Jambu mete
Anacardium occidentale
Kulit biji
Insektisida, fungisida, bakterisida
26
Nangka
Artocarpus heterophylus
Daun
Nematisida
27
Nilam
Pogostemon cablin
Daun
Insektisida, repellan
28
Patah tulang
Euphorbia turicalli
Daun
moluskisida
29
Pepaya
Carica papaya
Akar, daun
nematisida
30
Picung
Pangium edule
Buah
Insektisida
31
Saga
Abrus pecatorius
Biji
Insektisida
32
Secang
Caesalpinia sappan
Daun, bunga, biji
Insektisida
33
Selasih
Ocimum sanctum
Daun
Atraktan
34
Sembung
Blumea balsamifera
Daun
Moluskisida
35
Senggugu
Clerodendron seratum
Daun
Rodentisida
36
Serai
Andropogon nardus
Daun
Insektisida, fungisida
37
Sirih
Piper bettle
Daun
Bakterisida, fungisida
38
Sirsak
Annona recitulate
Daun, biji
Insektisida
39
Srikaya
Annona squamosa
Biji
Insektisida, nematisida
40
Tefrosia
Tephrosia vogelli
Daun
Moluskisida
41
Tembelekan
Lantana camara
Bunga, daun
Insektisida

1 Comments:

At February 26, 2021 at 3:06 AM , Anonymous Anonymous said...

sangat informatif, saya mau coba aplikasikan

 

Post a Comment

Bagaimana Pendapat Anda...??????

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home