Pada hakikatnya semua makluk hidup yang diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa eksistensinya di dunia ini ada manfaatnya. Tak terkecuali makhluk hidup yang kita sebut sebagai hama. Makhluk hidup ini dari perspektif tertentu dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan manusia. Sehingga manusia berusaha untuk memusnahkannya. Bukan memusnahkan dari muka bumi ini, karena itu mustahil, tetapi lebih tepatnya dikendalikan keberadaannya sehingga tidak merugikan secara ekonomi. Dari perspektif lain, dibalik keberadaanya terdapat peluang bisnis yang sangat besar untuk mengendalikan kerugian yang dapat ditimbulkannya. Memang segala sesuatu, apakah bermanfaat atau tidak tergantung dari perspektif kita dalam memandangnya dan bagaiman kita mengelolanya. Semisal adalah kotoran sapi, dapat dipandang sebagai “kotoran” suatu barang yang menjijikan dan tidak berguna. Tetapi kotoran sapi dapat dipandang sebagai “bahan baku” untuk membuat barang yang berguna, bisa dibuat pupuk atau dijadikan biogas.
Berbagai jenis hama (seperti tikus, nyamuk, kecoa, rayap, lalat dan sebagainya), bisa dijumpai di mana saja. Dalam bisnis pengendalian hama, secara garis besar, hama dikelompokkan ke dalam hama pertanian yang dijumpai di lahan-lahan pertanian dan hama lingkungan yang dijumpai di sebagain besar gedung perumahan, apartemen, perkantoran, ataupun pabrik. Maka ada dua industri yang bergerak di bidang pengendalian hama, yaitu industri agrochemical dan pest control. Agrochemical bergerak di bidang pengendalian hama-hama pertanian dengan memproduksi produk-produk perlindungan tanaman/ pestisida pertanian. Sedangkan pest control bergerak dibidang pengendalian hama-hama lingkungan. Perusahaan pest control umumnya menawarkan pengendalian hama secara holistik, mereka tidak hanya menjual produk pemberantas hama, tetapi menawarkan solusi berupa jasa pengendalian hama kepada konsumennya. Sedangkan perusahaan-perusahaan agrochemical hanya memproduksi produk perlindungan tanaman, tidak menawarkan jasa kepada konsumen, karena biasanya konsumen sendiri yang mengaplikasikan produk tersebut.
Pest Control Service
Secara umum, hama lingkungan dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: serangga, tikus dan rayap. Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris misalnya, kesadaran membasmi hama sudah muncul sejak puluhan tahun silam. Hal ini dibuktikan dengan munculnya perusahaan pengendalian hama. Terminix misalnya, yang di AS hadir sejak 1927.
Di Indonesia masih sedikit orang yang peduli untuk memerangi pelbagai hama-hama dilingkungan tempat tinggalnya. Ketika menjumpai nyamuk di rumah misalnya, umumnya pemilik rumah hanya membasmi dengan obat antinyamuk cair ataupun bakar, yang sebenarnya hanya bersifat sementara. Epidemi demam berdarah yang kini melanda dan mengancam warga di berbagai wilayah Indonesia, adalah sebuah contoh masih lemahnya pengendalian hama lingkungan.
Gbr.1. Produk Termisida
Di Indonesia, perusahaan yang memberikan jasa pengendalian hama (pest control service) cukup banyak, bahkan mencapai ratusan, mulai dari yang kelas kecil hingga nama-nama besar yang mendunia. Hanya saja, yang mendominasi pasar Indonesia cuma dua nama: Rentokil (Inggris) dan Terminix (AS). Nama lain yang patut diperhitungkan adalah Etos, Proton dan Aardworlf.
Secara umum, bisnis jasa pengendalian hama dikelompokkan menjadi tiga macam. Pertama, general pest control, yang menawarkan jasa mengendalikan berbagai jenis hama: serangga, kecoa, nyamuk, lalat, tikus dan sebagainya. Kedua, termite control, yang khusus mengendalikan rayap (pemainnya, selain beberapa perusahaan di atas, juga Guci Mas). Ketiga, fumigasi, yang menawarkan jasa pengendalian serangga khususnya produk komoditas pertanian dan furnitur yang disimpan di gudang atau disimpan dalam kontainer yang akan diekspor (pemain dominan di bidang ini PT Sucofindo).
Gbr.2. Pest Control
Pasar bisnis pengendalian hama di Indonesia sangat besar, mengingat pasarnya mencakup segmen perumahan, apartemen, pertokoan, perkantoran dan pergudangan. Apalagi, dengan semakin banyak bermunculan proyek properti yang memang membutuhkan jasa pest control. Tingkat kesadaran orang di Indonesia untuk menggunakan jasa ini juga masih relatif rendah, kecuali kelompok ekonomi menengah-atas.
Namun walaupun peluang bisnisnya besar, bisnis ini tidak lepas dari kendala yang menghadangnya. Hal yang tidak mudah untuk memasarkan jasa ini, karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. Karena itu, untuk memasarkan jasa ini, perusahaan harus mampu mengedukasi ke calon konsumen potensial. Dan juga karena terkait dengan bahan-bahan beracun, tenaga yang menangani harus yang profesional di bidang ini.
Agrochemical Industry
Sepuluh perusahaan Agrochemical teratas di dunia dan persentase pangsa pasarnya:
Sepuluh perusahaan Agrochemical teratas di dunia dan persentase pangsa pasarnya:
No | Company | State | Sales Value (US$ millions) | Market Share (%) |
1 | Bayer | Germany | 7,45 | 19 |
2 | Syngenta | Switzerland | 7,285 | 19 |
3 | BASF | Germany | 4,297 | 11 |
4 | Dow AgroSciences | USA | 3,779 | 10 |
5 | Monsanto | USA | 3,599 | 9 |
6 | DuPont | USA | 2,369 | 6 |
7 | Makhteshim Agan | Israel | 1,895 | 5 |
8 | Nufarm | Australia | 1,470 | 4 |
9 | Sumitomo Chemical | Japan | 1,209 | 3 |
10 | Arysta Lifescience | Japan | 1,035 | 3 |
Total | 34,396 | 89 |
Source: Agrow World Crop Protection News, August 2008
Kesepuluh perusahaan tersebut menguasai 89% dari pasar global produk agrochemical. Pasar untuk produk agrochemicals secara global adalah US$38.6 billion pada Tahun 2007 – mengalami kenaikan sebesar 8.4% dari tahun sebelumnya. Karena didukung oleh Riset&Development yang kuat, perusahaan-perusahaan inilah yang biasanya menemukan bahan aktif pestisida yang baru untuk kemudian dipatenkan.
Kesepuluh perusahaan tersebut menguasai 89% dari pasar global produk agrochemical. Pasar untuk produk agrochemicals secara global adalah US$38.6 billion pada Tahun 2007 – mengalami kenaikan sebesar 8.4% dari tahun sebelumnya. Karena didukung oleh Riset&Development yang kuat, perusahaan-perusahaan inilah yang biasanya menemukan bahan aktif pestisida yang baru untuk kemudian dipatenkan.
Gbr.3. Bermacam-macam jenis produk Agrochemicals
Pada zaman sekarang, produsen pestisida tidak hanya dari negara-negara maju. Negara lain, seperti India dan China pun sudah menguasai produksi bahan aktif pestisida, terutama bahan aktif yang generik. Perusahaan formulator pestisida di Indonesia banyak yang mengimpor bahan aktif pestisida dari dua negara tersebut, karena pertimbangan harga yang lebih kompetitif.
Di Indonesia potensi ekonomi dari bisnis pestisida terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat data dua tahun terakhir jumlah pestisida yang terdaftar mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni dari 600 jenis merek dagang menjadi 1.200 merek dagang. Sekarang lebih terbuka dan lebih mudah dalam pendaftaran pestisida karena guna memberi kesempatan kepada perusahaan nasional untuk mendaftarkan produknya. Potensi ekonominya diperkirakan bisa mencapai Rp4,5 triliun per tahun.
Dengan melihat potensi bisnisnya yang besar, sekarang banyak bermunculan perusahaan agrochemicals untuk merebutkan kue bisnis di industri ini. Walaupun industri ini mendapatkan kecaman dari pihak-pihak lain terutama dari aktivis LSM bidang lingkungan karena pengguanaan pestisida yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat. Persaingan ketatpun tidak dapat dihindari, maka perusahaan-perusahaan tersebut melakukan berbagai macam strategi marketing, salah satunya dengan menawarkan hadiah atau bonus kepada distributro dan konsumennya.
Setiap jenis pestisida yang akan diedarkan di tanah air harus melalui pendaftaran ke Komisi Pestisida (Kompes). Namun, banyak pestisida dari luar negeri yang masuk ke Indonesia dan beredar di pasaran tanpa melalui pendaftaran di Kompes terlebih dahulu. Asosiasi Perusahaan Pestisida Multinasional, Croplife Indonesia memperkirakan peredaran pestisida ilegal di Indonesia nilainya lebih dari Rp2,8 miliar per tahun. Peredaran pestisida ilegal tersebut banyak dijumpai pada sektor perkebunan, khususya kelapa sawit baik milik BUMN maupun swasta yang umumnya memiliki lahan luas dan konsumsi pembasmi hamanya tinggi. Dari jenis pestisida ilegal yang beredar di perkebunan tersebut, terbanyak yakni insektisida yakni 50 %, herbisida 40 % dan 10 % sisanya fungisida.
Selain beredarnya pestisida ilegal (tanpa registrasi ke KomPes dan biasanya harganya lebih murah), banyak juga ditemukan beredarnya pestisida palsu. Pestisida palsu tidak mengandung bahan aktif pestisida sehingga tidak mempunyai efek pestisida sama sekali, tetapi dilihat kemasannya mirip dengan produk pestisida yang sudah dikenal luas oleh kalangan petani. Peredaran pestisida yang palsu tentu sangat merugikan semua pihak terutama para petani.
Gbr.4. Aplikasi penyemprotan pestisida pertanian
Bagaimana Pendapat Anda...???
Semoga Bermanfaat....!!!!
No comments:
Post a Comment
Bagaimana Pendapat Anda...??????