Hama Kutu Kebul pada Daun Mangga
Dalam usaha budidaya tanaman, tidak
akan lepas dari masalah serangan hama dan penyakit yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman tersebut, dan usaha untuk mengendalikannya adalah dengan
menggunakan produk-produk pestisida ( Baca artikel lainnya : Pestisida tidak hanya membunuh hama).
Produk pestisida yang paling banyak
digunakan oleh petani dan yang paling banyak
beredar di toko-toko pertanian adalah produk pestisida yang bahannya
dari bahan kimia sintetis. Produk tersebut diproduksi oleh
perusahaan-perusahaan agrochemicals
seperti Dow Agro, Bayer, Syngenta, DuPont, dll.
Produk Pestisida dari Suatu Perusahaan Agrochemical
Selain terbuat dari bahan kimia,
pestisida bisa dibuat dari berbagai bahan, baik alami maupun hasil sintesis di
laboratorium. Berikut ini bahan asal pestisida :
1. Bahan alami : bahan alami penyusun
pestisida bisa berupa ekstrak tumbuhan atau jasad renik
2. Hasil Fermentasi
3. Senyawa kimia sintetik
Pestisida alami yang berasal dari
tumbuhan secara spesifik disebut dengan pestisida botani atau pestisida nabati.
Berdasarkan catatan sejarah, pestisida nabati sebenarnya sudah lama digunakan,
misalnya penggunaan air perasan daun tembakau sudah dipraktekan oleh petani
prancis pada tahun 1690-an. Namun, dalam kurun waktu selanjutnya, penggunaan
pestisida nabati mulai ditinggalkan setelah ditemukannya DDT pada tahun 1940-an
yang kemudian digunakan secara meluas diikuti dengan bermunculnya produk-produk
pestisida kimia sintetis.
Dalam kurun waktu sejak ditemukannya
DDT sampai sekarang, ketergantungan penggunaan pestisida kimia untuk
mengendalikan serangan hama-penyakit tanaman, sudah sangat tinggi. Padahal
penggunaan pestisida kimia yang berlebihan, tidak saja akan meningkatkan biaya
produksi, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan petani, konsumen maupun
keseimbangan hayati sekitarnya.
Beberapa pengaruh negatif yang akan
timbul akibat penggunaan pestisida kimia sintetis adalah:
1. Hama menjadi
resisten (kebal).
2. Peledakan hama
akibat tidak efektifnya pemakaian pestisida.
3. Penumpukan residu
yang dapat membahayakan petani/pengguna dan konsumen.
4. Ikut
terbunuhnya musuh alami.
5. Terjadinya
polusi lingkungan.
6. Perubahan
status hama dari hama minor menjadi hama utama.
Harga produk
pestisida kimia dari tahun ke tahun selalu meningkat, tapi tidak seimbang
dengan kenaikan harga produksi pertanian. Penggunaan
secara terus menerus dengan pestisida kimia yang sama, dapat mengakibatkan
resistensi. Maka, petani terpaksa menggunakan pestisida berlipat ganda agar
hama dapat di basmi.
Alternatifnya adalah dengan cara :
1.
Pencegahan harus dilakukan melalui
penggunaan pestisida alami yang tidak meninggalkan residu berbahaya dan ramah
lingkungan (friendly environment), penggunaan musuh alami hama (predator
dan parasitoid), bio-pestisida, rotasi tanaman dan menanam tanaman kawan (companion
plant).
2.
Pada lahan sempit, petani dapat
melakukan pengendalian secara manual (memetik daun atau memungut ulat yang
menyerang).
3.
Pengamatan dilakukan sesering
mungkin, dan petani harus rajin melakukan sanitasi terhadap lingkungan sekitar
tanaman. Daun-daun yang terkena penyakit sebaiknya dibakar (eradikasi).
4.
Rotasi tanaman adalah menanam
sayuran yang tidak sekeluarga atau tidak sama, dalam satu tempat dalam jangka
waktu tertentu, misalnya : lahan bekas kacang panjang berikutnya jangan
ditanami buncis. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan penumpukan bibit
hama/penyakit. Selain itu, rotasi tanaman juga bermanfaat bagi penambahan
unsur N, misalnya lahan setelah ditanami jagung, berikutnya ditanami kacang
buncis/kacang panjang.
5.
Sedangkan tanaman kawan/pendamping (companion
plant), berfungsi mengusir hama, aroma tanaman tersebut membuat hama tidak
mau mendekat, contoh yang banyak ditemui di lapangan adalah : kol dan
tomat. Aroma tomat sangat tidak disukai oleh kupu-kupu yang menjadi
siklus hidup ulat Plutella. Contoh lainnya seledri dan bawang daun,
tomat dan bawang daun, selada dan ketimun dan lain-lainnya.
6.
Sedangkan beberapa jenis pestisida
organik yang berfungsi sebagai pengendali hama/penyakit antara lain : pestisida
nabati (pesnab), agen hayati yang berfungsi sebagai predator atau musuh alami
bagi hama-hama atau penyakit jenis tertentu (bio-pestisida), dan bahan-bahan
lain yang berfungsi sebagai penarik atau penolak kehadiran serangga/repellent
.
7.
Agen hayati umumnya dikembangbiakkan
dalam media tertentu dan diaplikasikan dengan cara disemprot (misalnya : virus
NPV, bakteri Bt) dan dapat pula dicampurkan dalam media tanam/pupuk (misalnya :
Gliocladium).
8.
Tepung belerang dapat ditaburkan
pada bagian daun/batang yang terkena busuk jamur (Phytopthora).
Salah satu alternatif cara
pengendalian serangan hama-penyakit tanaman yang ramah lingkungan adalah dengan
menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati dapat dibuat dengan menggunakan
teknologi tinggi dan diproduksi dalam skala industri. Namun, dapat pula dibuat dengan teknologi sederhana oleh
kelompok tani atau perorangan. Pestisida nabati yang dibuat secara sederhana
dapat berupa larutan hasil perasan, rendeman, ekstrak atau rebusan bagian
tanaman seperti akar, umbi, batang, daun, biji dan buah.
Contoh produk pestisida nabati yang
diproduksi oleh suatu perusahaan adalah:
Produk Pestisida Nabati
Penggunaan pestisida nabati untuk
mengendalikan serangan hama-penyakit tanaman, bekerja tidak dengan “membunuh” secara
langsung terhadap hama sasaran, tapi melalui cara kerja yang bermacam-macam. Karena
hal itulah daya kerja pestisida nabati dinilai kurang efektif dibandingkan
pestisida kimia. Sehingga sebagian besar petani enggan menggunakan pestisida
nabati.
Jadi, pestisida nabati memiliki
berbagai fungsi yang bermacam-macam, antara lain sebagai :
- Repelen, yaitu menolak kehadiran serangga (bau yang menyengat)
- Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot (ada rasa pahit).
- Mencegah serangga meletakkan telur.
- Sebagai racun syaraf.
- Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.
- Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga.
Kelebihan dari pestisida berbahan
baku nabati antara lain :
- Mengalami degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari.
- Memiliki efek/pengaruh yang cepat untuk menghentikan kerusakan akibat serangan hama, yaitu menghentikan nafsu makan serangga walapun jarang menyebabkan kematian.
- Toksitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia (lethal dosage (LD) >50 Oral).
- Memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif.
- Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida sintetis.
- Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman.
Sedangkan kelemahan penggunaan pestisida
nabati sebagai berikut :
- Cepat terurai dan aplikasinya harus lebih sering.
- Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan serangga/ memiliki efek lambat).
- Kapasitas produksinya masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah massal (bahan tanaman untuk pestisida nabati belum banyak dibudidayakan secara khusus).
- Ketersediaannya di toko-toko pertanian masih terbatas
Diambil dari buku “Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan,
Ir.Novizan, Agromedia Pustaka, Jakarta Tahun 2002, Berikut ini daftar tumbuhan
yang telah diteliti manfaatnya sebagai pestisida nabati :
No
|
Nama Umum
|
Nama Ilmiah
|
Bagian Tanaman
|
Penggunaan
|
1
|
aglaia
|
Aglaia odorata
|
Kulit, batang, daun
|
insektisida
|
2
|
Babandotan
|
Ageratum conyzoides
|
Daun, batang, akar
|
Insektisida, nematisida
|
3
|
Balakama
|
Ocimum basilicum
|
Daun, biji
|
Insektisida
|
4
|
Bawang putih
|
Allium sativum
|
Umbi
|
Insektisida, fungisida, nematisida
|
5
|
Bengkuang
|
Pacchiryzus erosus
|
Daun, biji
|
Insektisida
|
6
|
Bitung
|
Baringtonia sp.
|
biji
|
Insektisida
|
7
|
Brotowali
|
Tinospora sp.
|
Batang
|
Insektisida
|
8
|
Cengkih
|
Syzigium aromaticum
|
Daun, bunga
|
Insektisida, bakterisida, fungisida
|
9
|
Daun wangi
|
Malaleuca bracteata
|
daun
|
Atraktan
|
10
|
Duku
|
Lansium demosticum
|
Kulit buah, biji
|
Insektisida
|
11
|
Gadung
|
Dioscore composite
|
umbi
|
Rodentisida, insektisida
|
12
|
Jarak
|
Ricinus communis
|
Biji, daun
|
Rodentisida, nematisida, insektisida
|
13
|
Jarak pagar
|
Jathropa curcas
|
biji
|
Insektisida
|
14
|
Jeringau
|
Acarus calamus
|
rimpang
|
Insektisida, fungisida
|
15
|
Kecubung
|
Datura sp.
|
Biji, daun
|
Insektisida
|
16
|
Kembang sungsang
|
Gloriosa superba
|
akar
|
insektisida
|
17
|
Kipahit
|
Tithonia sp.
|
daun
|
Repellan
|
18
|
Kunyit
|
Curcuma domestica
|
rimpang
|
Nematisida, rodentisida
|
19
|
Lada
|
Piper nigrum
|
Buah, biji
|
Insektisida, fungisida, nematisida
|
20
|
Legundi
|
Vitex trifolia
|
daun
|
Insektisida
|
21
|
Lempuyang emprit
|
Zingiber merican
|
Rimpang
|
Insektisida
|
22
|
Lempuyang gajah
|
Zingiber zerumbet
|
Rimpang
|
Insektisida
|
23
|
Lerak
|
Sapindus rarak
|
Buah, biji
|
Insektisida
|
24
|
Mahoni
|
Swietenia macropilla
|
Biji
|
insektisida
|
25
|
Jambu mete
|
Anacardium occidentale
|
Kulit biji
|
Insektisida, fungisida, bakterisida
|
26
|
Nangka
|
Artocarpus heterophylus
|
Daun
|
Nematisida
|
27
|
Nilam
|
Pogostemon cablin
|
Daun
|
Insektisida, repellan
|
28
|
Patah tulang
|
Euphorbia turicalli
|
Daun
|
moluskisida
|
29
|
Pepaya
|
Carica papaya
|
Akar, daun
|
nematisida
|
30
|
Picung
|
Pangium edule
|
Buah
|
Insektisida
|
31
|
Saga
|
Abrus pecatorius
|
Biji
|
Insektisida
|
32
|
Secang
|
Caesalpinia sappan
|
Daun, bunga, biji
|
Insektisida
|
33
|
Selasih
|
Ocimum sanctum
|
Daun
|
Atraktan
|
34
|
Sembung
|
Blumea balsamifera
|
Daun
|
Moluskisida
|
35
|
Senggugu
|
Clerodendron seratum
|
Daun
|
Rodentisida
|
36
|
Serai
|
Andropogon nardus
|
Daun
|
Insektisida, fungisida
|
37
|
Sirih
|
Piper bettle
|
Daun
|
Bakterisida, fungisida
|
38
|
Sirsak
|
Annona recitulate
|
Daun, biji
|
Insektisida
|
39
|
Srikaya
|
Annona squamosa
|
Biji
|
Insektisida, nematisida
|
40
|
Tefrosia
|
Tephrosia vogelli
|
Daun
|
Moluskisida
|
41
|
Tembelekan
|
Lantana camara
|
Bunga, daun
|
Insektisida
|
sangat informatif, saya mau coba aplikasikan
ReplyDelete