Laman

Thursday, January 19, 2017

Cara Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh/ZPT Paklobutrazol yang Benar pada Beberapa Jenis Tanaman




Pestisida pertanian sebagai produk perlindungan tanaman, tidak semua bekerja dengan cara membunuh organisme sasaran. Secara harfiah arti kata pestisida adalah membunuh hama. Secara pengertian, pestisida  pertanian meliputi semua zat kimia, campuran zat kimia, atau bahan-bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikro-organisme, dan hasil fermentasi) yang digunakan untuk keperluan (1) Mengendalikan atau membunuh organisme pengganggu tanaman (OPT). (2) Mengatur pertumbuhan tanaman, dalam arti merangsang atau menghambat pertumbuhan dan mengeringkan tanaman.
Beberapa zat kimia memiliki efek tertentu terhadap pertumbuhan tanaman, baik bersifat mendorong  atau menekan pertumbuhan. Zat  kimia semacam ini diklasifikasikan ke dalam zat pengatur tumbuh/ZPT (plant growth regulator/PGR). Diantara zat kimia tersebut yang sudah dikenal dikalangan petani dan sudah banyak beredar di toko-toko pertanian adalah paklobutrazol (Rumus Kimia C15H20ClN3O), dengan merk dagang yang bermacam-macam seperti Cultar, Goldstar, Patrol.


Produk ZPT Paklobutrazol : Goldstar
 Produk ZPT Paklobutrazol: Patrol
Dalam klasifikasi kimia bahan aktif pestisida, paklobutrazol termasuk dalam kelompok triazol. Kelompok triazol merupakan fungisida yang berspektrum cukup luas, yang dapat mengendalikan berbagai jenis jamur. Fungisida tiazol bersifat sistemik, bekerja secara monosite-inhibitor (menghambat sintesa sterol). Fungisida dalam kelompok ini memiliki efek fitotonik seperti dapat menghijaukan daun. Penemuan zat kimia triazol pertama kali diumumkan pada tahun 1973 dan merupakan kelas kimia fungisida dengan anggota yang cukup banyak. 
Contoh bahan aktif fungisida dalam kelompok triazol yang sudah banyak beredar adalah :
Bahan Aktif
Merk Dagang
Produsen
Formulasi Produk
Difekonazol
Score
Syngenta
EC
Epoksikonazol
Opus
BASF
SC
Fenbukonazol
Indar
Dow AgroSciences
F
Heksakonazol
Heksa
FMC
SC
Tebukonazol
Folicur
Bayer
SC

Fungisida-fungisida tersebut biasanya dipromosikan sebagai fungisida+ZPT, yang dapat mengendalikan penyakit pada tanaman padi (Rhizoctania solani/ hawar pelepah) sekaligus dapat meningkatkan hasil panen (pengisian bulir padi lebih maksimal, kulit gabah lebih terang). Penggunaannya pada saat umur tanaman padi memasuki masa generatif.
 Fungisida Triazol : Indar 240F

Tidak seperti “saudara-saudara” lainnya, paklobutrazol dijual sebagai produk ZPT, bukan sebagai produk fungisida. Paklobutrazol bekerja menghambat sintesa gibrelin dan biosintesis sterol. ZPT ini diserap lewat akar, batang, daun, serta ditranslokasikan pada jaringan meristem pucuk. Sama seperti produk-produk ZPT lainnya, penggunaanya harus dengan dosis yang rendah, jika berlebihan justru akan berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, harus ada prasyarat  yang harus dipenuhi supaya hasilnya optimal sesuai yang diharapan. 
( Baca Artikel Lainnya : Zat Pengatur Tumbuh/ZPT )
Produk ZPT berbahan aktif paklobutrazol diformulasikan dalam bentuk SC dengan kandungan bahan aktif 250 gram/Liter. Dalam label kemasannya tertulis keterangan “Zat Pengatur Tumbuh tanaman berbentuk larutan suspensi, berwarna kuning kecoklat-coklatan untuk mempercepat dan meningkatkan pembungaan dan pembuahan pada tanaman mangga”.
Selain digunakan untuk tanaman mangga, produk ini sebenarnya juga bisa digunakan pada tananam padi dan tanaman hias.
Dalam Jurnal penelitian pertanian tanaman pangan Vol.21 No.3 Tahun 2002, Effect of Paclobutrazol and Prohexadione Calcium on Growth, Lodging Resistance and Yield of Wet Seeded Rice (Pengaruh Paclobutrazol dan Prohexadione Calcium terhadap Pertumbuhan, Ketahanan Rebah dan Hasil Padi Sistem Tabela) disimpulkan bahwa Perlakuan dengan 100 mg/L paclobutrazol diusulkan sebagai perlakuan yang sesuai untuk meningkatkan ketahanan rebah dan hasil padi.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kemungkinan penggunaan zat pengatur tumbuh terpilih untuk meningkatkan ketahanan rebah tanaman padi pada sistem tabela. Dua zat penghambat pertumbuhan yaitu paclobutrazol dan prohexadione calcium pada konsentrasi 50, 100 dan 200 mg/L yang diaplikasikan di daun pada fase inisiasi malai (satu kali) diamati pengaruhnya terhadap pertumbuhan, ketahanan rebah dan hasil dari 4 kultivar padi.
Empat kultivar padi yang diuji ialah Memberamo, Widas, MR 84 dan MR 219.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon tanaman terhadap aplikasi zat penghambat tumbuh adalah serupa diantara keempat kultivar.
Kedua zat penghambat pertumbuhan yang digunakan efektif menghambat pertumbuhan, memendekkan ruas dan panjang batang padi, tetapi memperbesar diameter batang. Semua tanaman yang diberi perlakuan mempunyai ketahanan terhadap kerebahan (bending dan breaking resistance) lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol.
Perlakuan dengan 100 dan 200 mg/L paclobutrazol dan prohexadione calcium menghasilkan pemendekan ruas yang nyata dengan pengurangan panjang batang mencapai 20% dan mempunyai ketahanan rebah (breaking resistance) yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan 50 mg/L atau tanaman kontrol.
Sementara itu, tanaman yang diberi perlakuan dengan paclobutrazaol pada 50 dan 100 mg/L memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, tetapi tanaman yang diberi perlakuan 50 mg/L paclobutrazol mempunyai breaking resistance yang rendah.
Berapa konsentrasi paklobutrazol jika digunakan untuk tanaman padi dengan cara disemprot menggunakan tangki sprayer 17 liter, seperti kebiasaan petani...??
Sesuai anjuran hasil penelitian, penggunaan paklobutrazol konsentrasinya cukup 100mg/Liter = 0,1 gram/Liter. Sedangakan kandungan bahan aktif paklobutrazol dalam produk 250 gram/Liter. Maka jika dihitung-hitung aplikasi produk paklobutrazol cukup 0,4ml produk yang dilarutkan dalam 1 Liter air. Tangki sprayer yang digunakan 17 liter, maka diperlukan sebanyak 7ml produk/tangki.
 Pedagang Buah di Pemalang
Penggunaan paklobutrazol dikalangan petani mangga sudah biasa digunakan. Bapak Roji, pekebun dan pedagang buah mangga dari Pemalang (Jawa Tengah) sudah lama menggunakannya. Tujuannya supaya produktivitas pohon mangga meningkat dan supaya dapat  berbuah diluar musim.
Petani di daerah lain, Majalengka (Jawa Barat), juga sudah biasa menggunakannya. Seperti yang diberitakan oleh Majalah Trubus, setiap Bulan Desember pohon mangga di kebun H.Ardi, di Majalengka, Jawa Barat, dipangkas. Sebulan berselang di sekeliling tajuk pohon mangga itu ditambahkan 2 kg NPK 15:15:15 dan 30 kg kotoran kambing. Pada Februari bahan aktif paklobutrazol disiramkan ke lubang sedalam 10 cm mengelilingi batang berjarak 20-30 cm. Setiap tanaman mendapat 20 ml ZPT yang dilarutkan dalam 3 Liter air. Itulah cara benar menggunakan perangsang bunga dan buah.
Sebelum pemberian paklobutrazol, 2 tahap sebelumnya yaitu pemangkasan dan pemupukan harus dilakukan. Jika terlupakan, akibatnya bukannya tanaman terangsang berbunga lalu berbuah, tapi malah meranggas dan merana. Pengaruhnya pun panjang. Pertumbuhan tanaman bisa stagnan alias kerdil selama 2-3 tahun pasca aplikasi. Tak jarang langsung mati 1-2 bulan kemudian. Pemangkasan dan pemupukan seimbang dilakukan untuk menyuburkan tanaman, sehingga pertumbuhan vegetatif pohon mangga akan optimal. Paklobutrazol merangsang bunga dengan menekan pertumbuhan vegetatif. Karena vegetatif terhambat, maka tanaman memasuki fase generatif alias pembungaan. Itulah sebabnya, bila tanaman tak subur, pertumbuhan tunas dan pucuk bakal terhambat hingga 1-2 tahun.  Menurut Hikmat Sumantri, pakar mangga di Majalengka, sejak cara pemakaian paklobutrazol secara benar diperkenalkan, maka musim mangga di Majalengka dan Sumedang bergeser lebih awal 3 bulan. Banyak pekebun bisa panen Juli-Agustus. Padahal, panen raya jatuh pada Oktober-November. Harga yang diperoleh jadi lebih tinggi, 2-5 kali lipat.
Pasca aplikasi paklobutrazol, ada tahapan lain yang tak boleh dilupakan. Bila bakal bunga telah keluar dan belum mekar, semprotkan pupuk daun yang kaya hara mikro. Empat puluh hari kemudian-saat buah muda seukuran ibu jari orang dewasa-perlakuan serupa diulang. Penyemprotan saat berbunga untuk mencegah kerontokan dan saat berbuah muda untuk meningkatkan kualitas buah. Dengan cara itu, setelah buah dipanen pertumbuhan tanaman tidak akan stagnan.
Begitulah penggunaan paklobutrazol dan berbagai macam zat pengatur tumbuh pada tanaman buah. Prinsipnya, sehatkan tanaman sebelum ZPT diberikan dan ikuti dosis yang dianjurkan.
Paklobutrazol dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada tanaman atau disiramkan melalui media tanam. Berdasarkan hasil penelitian PENGARUH CARA APLIKASI DAN DOSIS PAKLOBUTRAZOL TERHADAP PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN MANGGA ARUMANIS menunjukkan bahwa produksi tertinggi pada cara aplikasi yang disiram lewat tanah. Pada cara aplikasi tersebut dengan dosis paklobutrazol 7 ml per pohon jumlah buah mencapai 98 dan bobot buah mencapai 39 kg, sedangkan dengan dosis paklobutrazol 10 ml per pohon jumlah buah mencapai 131 dan bobot buah mencapai 47 kg. Cara aplikasi dengan infus akar dan pengeboran batang hasil belum dapat memadai dengan cara aplikasi penyiraman lewat tanah. Pada kontrol jumlah buah hanya mencapai 18 dan bobot buah hanya mencapai 7 kg per pohon.
Pengkajian telah dilaksanakan di kebun mangga IPPTP Kraton, Pasuruan, pada tahun 1999/2000. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 6 ulangan dan tanaman mangga yang digunakan berumur 10 tahun. Cara aplikasi dan dosis palobutrazol per pohon yang diuji adalah infus akar (3,5 ml dan 5 ml), pengeboran batang (3,5 ml dan 5 ml), penyiraman tanah 7 ml dan 10 ml) dan sebagai kontrol adalah tanpa aplikasi paklobutrazol. (Sri Yuniastuti, dkk., Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan ketahanan Pangan, November 2000, hal 147-150). 
(Sumber : http://balitbu.litbang.pertanian.go.id)
Hasil penelitian penggunaan paklobutrazol pada tanaman lain juga sudah dilakukan.
Cox dan Keever (1988) melakukan penelitian tentang aplikasi paklobutrazol pada tanaman bunga kertas dan geranium dengan dua metode aplikasi yaitu penyiraman dan penyemprotan pada berbagai kadar. Paklobutrazol diaplikasikan pada tanaman bunga kertas dengan penyiraman dan penyemprotan pada umur 22 hari setelah tanam ketika tinggi tanaman sekitar 65 mm. Kadar penyemprotan untuk tanaman bunga kertas yaitu 250, 500, 1.000, dan 2.000 ppm dengan volume 1,5 hingga 2 ml/tanaman, sedangkan dosis paklobutrazol yang diaplikasikan melalui penyiraman untuk tanaman bunga kertas yaitu 0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0 mg a.i/pot dengan volume 50 ml/pot. 
Perlakuan penyemprotan dan penyiraman efektif dalam mengurangi tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman, dan berat kering tanaman. Semakin tinggi dosis paklobutrazol yang diaplikasikan semakin besar penurunan tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman, dan berat kering tanamannya. Dosis yang terlalu tinggi tidak terlalu baik bagi tanaman. Dosis paklobutrazol yang diaplikasikan melalui penyiraman 2,0 dan 4,0 mg a.i/pot dan dosis penyemprotan 2.000 ppm dinilai terlalu keras dan tidak dapat diterima oleh tanaman. Pada penelitian tersebut aplikasi paklobutrazol tidak mempengaruhi waktu berbunga tanaman bunga kertas (Cox and Keever, 1988). 
Pada tanaman geranium aplikasi paklobutrazol dilakukan pada umur 22 hari setelah tanam. Kadar penyemprotan untuk tanaman geranium yaitu 10, 20, 40, dan 80 ppm dengan volume 1,5 hingga 2 ml/tanaman. Sedangkan dosis paklobutrazol yang diaplikasikan melalui penyiraman untuk tanaman geranium yaitu 0,03; 0,06; 0,12; dan 0,24 mg a.i/pot dengan volume 50 ml/pot. Perlakuan penyiraman dan penyemprotan paklobutrazol efektif dalam menghambat tinggi tanaman dan berat kering tanaman geranium. Pertumbuhan vegetatif dan tinggi tanaman total berkurang dengan bertambahnya kadar dalam perlakuan penyiraman dan penyemprotan. Akan tetapi, semua perlakuan penyiraman paklobutrazol pada semua kadar menyebabkan penghambatan yang berlebihan terhadap pertumbuhan vegetatif dan tinggi total tanaman. Pada aplikasi paklobutrazol secara penyemprotan, penghambatan tinggi tanaman yang berlebihan hanya terjadi pada kadar 80 ppm (Cox and Keever, 1988). 
Cara aplikasi paklobutrazol yang sama juga dilakukan oleh Keever dan Cox (1989) terhadap dua kultivar Marigold yaitu Tagetes erecta L. dan Tagetes patula L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua cara aplikasi efektif menghambat pertumbuhan tanaman. Pemendekan tanaman akibat aplikasi paklobutrazol secara siraman sebesar 9,29 % (terhadap kontrol) sedangkan secara penyemprotan sebesar 5,00 % (terhadap kontrol) (Keever and Cox, 1989). 
Pada tanaman krisan, pemberian paklobutrazol akan menghambat pertumbuhan tinggi tanaman tetapi meningkatkan jumlah tunas total, nilai kekompakan, dan nilai VQR bunga. Penelitian dilakukan oleh Prinavitasari (2008) terhadap tanaman krisan varietas Sakuntala dengan perlakuan pemberian paklobutazol kadar 10, 25, dan 45 ppm pada waktu 2, 3, dan 4 minggu setelah tanam (mst). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar paklobutrazol akan menghambat pertambahan tinggi tanaman dan meningkatkan jumlah tunas total, nilai kekompakan tanaman serta nilai VQR bunga. Paklobutrazol dengan kadar 10 ppm menghasilkan krisan pot terbaik dengan menghasilkan jumlah cabang produktif lebih banyak dan umur berbunga 6,3 hari lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kadar paklobutrazol lainnya yang lebih besar (Prinavitasari, 2008).
Penelitian tentang aplikasi paklobutrazol juga dilakukan pada jagung semi (Suwarsono, 1993), buncis (Bagyoastuti, 1998), dan paprika (Edina, 1999). Suwarsono (1993) melakukan penelitian tentang aplikasi paklobutrazol pada jagung semi dengan kadar 0, 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm pada umur 25, 30, dan 35 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi paklobutrazol 500 ppm mampu memberikan hasil tertinggi pada baby corn atau jagung semi varietas hibrida CPI-1. 
Pada penelitian Bagyoastuti (1998), aplikasi paklobutrazol pada tanaman buncis dengan kadar 100, 200, dan 300 ppm pada umur 2, 3, dan 4 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa pengaruh penghambatan paklobutrazol terhadap tinggi tanaman lebih besar apabila paklobutrazol diaplikasikan lebih awal. Pada penelitian yang dilakukan Edina (1999) terhadap tanaman paprika dengan kadar 500, 750, dan 1.000 ppm pada umur 13, 20, dan 27 hari setelah tanam (hst) menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemberian 13, 20, dan 27 hst dengan berbagai kadar paklobutrazol akan menghambat tinggi tanaman.
Respon tanaman terhadap zat penghambat pertumbuhan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman ketika zat penghambat tersebut diaplikasikan. Efek dari paklobutrazol terhadap lama inflorescence (susunan bunga dalam sumbu bunga) pada  Phalaenopsis amabilis L. Hybrid tergantung pada waktu aplikasi paklobutrazol. Paklobutrazol efektif pada dosis 125 atau 500 ppm jika diaplikasikan tepat sebelum inflorescence emergence tetapi keefektifan akan berkurang jika diaplikasikan setelah inflorescence emergence (Wang and Hsu, 1994). Paklobutrazol yang diaplikasikan pada tanaman bunga kertas “Red Sun” sebelum pembungaan dengan dosis 0,1 mg/tanaman menunda transisi ke fase reproduktif selama 4 hari dan menghasilkan bunga tunggal dengan helai bunga berubah dari bentuk ray petals menjadi tubular petals (Kim et al., 1989).
Zat penghambat tumbuh yang diaplikasikan tidak lama setelah tanaman dipangkas pucuknya biasanya lebih efektif daripada zat penghambat tumbuh yang diaplikasikan lama setelah pangkas pucuk. Kadar 500 ppm uniconazole yang diaplikasikan pada kulit kayu Hibiscus “Jane Cowl” dengan menggunakan kuas sesaat setelah pucuk tanaman dipangkas menghambat pemanjangan tiga ruas pertama pada tunas pucuk. Perlakuan yang sama memberikan efek lebih kecil ketika diaplikasikan dua puluh empat hari setelah pangkas pucuk (Wang, 1991).
Penyemprotan 60 ppm paklobutrazol atau 30 ppm uniconazole pada tanaman Dendranthena “Bright Golden Anne” pada 0, 2 atau 4 minggu setelah pangkas pucuk menyebabkan hambatan pemanjangan batang dan penundaan waktu untuk berbunga yang berkorelasi dengan waktu aplikasi yang lebih awal (Gilbertz, 1992).
Sari (2000) melakukan penelitian  mengenai pengaruh kadar dan waktu pemberian paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman bunga kertas (Zinnia elegans Jacq.). Kadar paklobutrazol yang digunakan dalam penelitian ini adalah 250, 500, 1.000 atau 2.000 ppm yang diaplikasikan pada umur 3, 5 atau 7 minggu setelah benih ditanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi paklobutrazol dengan penyemprotan pada kadar dan waktu yang berbeda menyebabkan pemendekan tanaman bunga kertas namun pengaruhnya tidak tahan lama sehingga disarankan agar aplikasi paklobutrazol melalui cara penyemprotan terhadap daun dan batang tanaman bunga kertas perlu dilakukan berulang kali dalam interval waktu tertentu sehingga pemanjangan cabang utama tanaman yang tumbuh pesat dapat dihambat agar diperoleh tanaman yang sesuai dijadikan tanaman pot (Sari, 2000).






13 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Mantab bisa untuk merangsang buah di luar musim yak bisa dicoba, tks

    sewa mobil solo

    ReplyDelete
  3. Pernah pohon mangga disuntik paklo dibatang muncul bunga banyak sekali setelah muncul balal biah pada rontok smua sebul kemudian pohon kering mati

    ReplyDelete
  4. Kita baru mau coba paklo
    Semoga berhasil sukses

    ReplyDelete
  5. Bgimna jika di aplikasikan ke pohon pepaya yg sudah memasuki fase generatif

    ReplyDelete
  6. Bgimna jika di aplikasikan ke pohon pepaya yg sudah memasuki fase generatif

    ReplyDelete
  7. Pernah dulu overdosis karena sesuai anjuran bunga dan buah membuat kagum tetangga trus d tambah lg dosisnya malah daun tanaman kriting kyk bonsai

    ReplyDelete
  8. Bagaimana kalau di aplikasikan kepohon jambu air madu delima

    ReplyDelete
  9. Bagaimana bila aplikasi pada padi setelah malai keluar semua?

    ReplyDelete
  10. bisakah paklo diaplikasikan pada. tanaman jeruk atau kelengkeng dan alpukat

    ReplyDelete
  11. Bisakah diaplikasikan untuk tanaman cabai

    ReplyDelete
  12. sangat bermanfaat,apalagi saya yang baru memulai berkebub mangga 50 pohon

    ReplyDelete

Bagaimana Pendapat Anda...??????